GuidePedia

0
Oleh: Rangga Babuju

(Suara Minor Dari Para Pasien Mbojo Di RSI Sanglah Bali Pada Hari Kemerdekaan Negeri ini)

Jika anda memiliki Keluarga yang pernah sakit dan dirujuk ke RSI (Rumah Sakit Internasional) Sanglah Denpasar – Bali, Rumah Singgah Warga Mbojo menjadi tak asing. Rumah Singgah ini menjadi tempat alternatife yang sangat dibutuhkan oleh warga Bima dan Dompu yang dirujuk ke RSI Sanglah bagi yang tidak memiliki keluarga dekat di Bali. Menjadi sangat strategis karena tempatnya sangat dekat dengan RSI Sanglah. Bisa ditempuh dengan jalan kaki dan tidak dipungut biaya tinggal.

Ditengah mahalnya biaya penginapan atau sekedar nge-Kos saat dirujuk di RSI Sanglah, Rumah Singgah menjadi pilihan. Setidaknya bila kita mengambil Kos disekitar RSI Sanglah, harga yang ditawarkan berkisar untuk 1 kamar yang layak antara Rp 500.000 – 700.000 per Minggu. Ada pula yang seharga Rp 500.000 – 1 juta per bulan, namun tidak dibekali dengan fasilitas Kamar mandi dalam maupun tempat tidur.  Sedangkan bila kita ingin mengambil penginapan di sekitar RSI Sanglah, maka kisaran harga termurah adalah Rp 150.000 per malam.

Masalahnya adalah Pasien yang dirujuk ke RSI Sanglah, rata-rata menjalani penanganan, perawatan serta pelayanan medis selama 3 – 12 bulan. Ada pula yang sudah 1,7 tahun. Di RSI Sanglah, pasien dirawat diruang medis tergantung keperluan medis dan stadium penyakit. Rata-rata dalam seminggu, 2 hari di ruang perawatan, 5 hari diluar RSI. Sehingga memang Pasien dan keluarga pasien yang datang berobat harus memiliki tempat penginapan diluar RSI Sanglah.

Untuk itu Rumah Singgah Warga Mbojo yang dibiayai oleh 3 daerah sekaligus (Kab Bima, Kab Dompu dan Kota Bima) dibutuhkan dan menjadi strategis sifatnya. Namun sayangnya, Kondisi Rumah Singgah warga Mbojo saat ini jauh dari kata layak dan sehat. Kondisi ini menjadi keprihatinan tersendiri. Harusnya Pasien yang datang dirujuk dan tinggal sementara di Rumah Singgah dengan maksud agar bisa segera sembuh tanpa harus terbebani dengan biaya tinggal menjadi sebaliknya. di Rumah Singgah ini hanya tersedia 5 kamar, namun ditinggali oleh 4 – 6 orang (Pasien dan pendamping) per kamar. Ada yang tidur didalam kamar namun banyak juga yang tidur diemperan kamar karena penuh. Mau bagaimana lagi, sudah menjadi kebutuhan pasien dan keluarga yang mendampingi sambil menunggu hasil dan keputusan-keputusan penanganan medis di RSI Sanglah.

Pasien warga Bima dan Dompu yang dirujuk di RSI Sanglah dan menetap sementara di Rumah Singgah ini mengidap berbagai jenis penyakit. Ada yang mengalami Tumor ganas, Tumor Jinak, Kanker, patah tulang, penyakit dalam maupun yang mengidap penyakit kulit. Hidup membaur bersama pendamping dan pasien lainnya. Secara medis , hal ini sangat tidak bagus bagi kesembuhan pasien yang dirujuk, juga tidak aman bagi pendamping pasien yang sehat, karena bisa saja penyakit yang diderita oleh Pasien menular kependamping pasien lainnya. Melihat kondisi sumur bor, selokan pembuangan air, kondisi udara serta Toilet masing-masing kamar, sangat memprihatinkan bagi pasien yang ingin sehat.

Menurut salah seorang Pengurus Kerukunan Masyarakat Mbojo – Bali yang penulis temui di Rumah Singgah Warga Mbojo tersebut menyatakan bahwa Rumah Singgah itu bukan Aset Daerah, Rumah Singgah tersebut statusnya hanya dikontrak oleh 3 pemerintah daerah (Kab Bima, Kota Bima dan Kab Dompu). Sepengetahuannya, Rumah Singgah tersebut mendapat alokasi dana Rp 15 juta masing-masing ke tiga daerah tersebut. Sehingga dalam satu tahun dana yang diterima oleh Kerukunan Masyarakat Mbojo sebagai pengelola berjumlah Rp 45 juta. Keberadaan Rumah Singgah ini genap 3 tahun pada Agustus 2014 ini.

Masih menurutnya, bahwa Rumah Singgah memang diperuntukan bagi warga Bima – Dompu yang dirujuk ke RSI Sanglah secara Gratis, karena beban biaya Sewa sudah ditanggulangi oleh ketiga pemerintah tersebut. Hanya saja menurutnya lagi, ada biaya kebersihan sesuai dengan kerelaan yang tinggal.

Kehidupan di Rumah Singgah dilihat dari segi kesehatan lingkungan, sangat tidak layak untuk dihuni, bukan karena persoalan lingkungannya dan tempatnya, namun karena terbatasnya kamar dan hidup (terkesan) menumpuk. Untuk itu pemerintah perlu memikirkan keberadaan Rumah Singgah yang layak guna menfasilitasi warga Bima – Dompu yang rujuk ke RSI Sanglah Denpasar. Ini bukan masalah biaya, tapi masalah kelayakan. Walaupun harus diakui bahwa letak Rumah Singgah saat ini begitu strategis, tetapi bila ditinjau dari segi layak dan tidak untuk tinggal sementara pasien yang merujuk, maka saya sendiri sebagai Penulis ini Merekomendasikan untuk tidak menempatinya.

Ketiga Pemerintah daerah yaitu Pemerintah Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu harus memikirkan kondisi Rumah Singgah Warga Mbojo yang ada di Bali, apalagi Rujukan BPJS saat ini lebih banyak dirujuk ke RSI Sanglah Denpasar sebagai RSI Pusat BPJS untuk Regional Bali-Nusra . Sehingga Pasien dari Kota Bima, Kab Bima dan Dompu yang tidak bisa ditangani di RSUD dan RSUP akan dirujuk ke RSI Sanglah ini. Syukur-syukur yang sakit itu adalah orang Kaya atau memiliki taraf ekonomi yang mumpuni, bisa mengambil kos-kosan yang 500an ribu per minggu atau di Hotel yang memadai. Tetapi jika Pasien tersebut adalah warga biasa yang bergantung dari belas kasihan orang lain, maka Merujuk ke RSI Sanglah adalah upaya Membunuh secara Perlahan.

‘Membunuh Secara Perlahan’ karena factor financial dan kondisi. Pertama Ketika Pasien miskin yang dirujuk itu akan menetap sementara di Rumah Singgah, maka penyakitnya ada kemungkinan menulari pendamping yang sehat dengan pertimbangan tersebutkan diatas. Kedua, jika bila mereka harus mencari tempat nginap yang lain dan dekat dengan RSI Sanglah, Setidaknya Rp 1 juta perbulan harus dirogok untuk membayar kontrakan sementara. Ketiga, bila mereka harus tinggal dirumah Keluarga Bima yang lain, maka jarak dan kemacetan dijalan akan membuat mereka semakin sakit.

Bila demikian adanya, maka tidak ada gunanya, Negara menghabiskan Dana Besar (terbesar ke 2 dari berbagai Bidang setelah Bidang Pendidikan) hanya untuk menjaminkan Kesehatan Warga Negara. Tidak ada gunanya juga BPJS diprogramkan bila instrument penunjang atau pendukung seperti tempat tinggal sementara dibiarkan Kumuh untuk ditinggali oleh Pasien yang menunggu perawatan kesehatan lebih lanjut. Oh Negaraku, akan menjadi menarik bila hal ini sudah menjadi Proyek dan akan sangat tidak menarik bila semuanya terpenuhi karena bakal tidak seru bila Nampak se-ideal yang kita ingini bersama….. Wallahualam.


Denpasar, 16 Agustus 2014
Sumber : http://kosambojo.blogspot.com

Posting Komentar

 
Top